Monday, September 29, 2008
Begadang_omongin cerpen ah
Saya terlalu excited dengan cerpen pertama yang akhirnya rampung juga-KOSONG-demi mengejar sebuah impian. Juara lomba nulis sma, duitnya lumayan bos, haha
Makanya banyak orang banyak saya suruh add coment, mo jelek bagus, saya terima. Namanya juga masi pemula, masi amatir.
For your info, that story is just a fiction, yeah, some real story added, but it's true fiction, nama2nya aja fiksi banget, hahaha
Sekarng saya masi begadang, lagi asik buka internet kan gratis pake speedy. huhu
youdah, keep on going yow
JBU
Saturday, September 27, 2008
KOSONG
Matahari sudah keluar dari sarangnya di timur. Dengan angkuh ia menunjukkan kuasanya menerangi bumi. Sudah pukul delapan pagi. Cuaca belum terlalu panas pagi itu di kawasan Bulungan. Aku menyapa Mamat dan Taufik–satpam di sekolahku–dan masuk ke lingkungan SMAN 70 yang asri.
Terima rapor tinggal dua minggu lagi. Sekolah tampak sepi sekali, yang datang saat itu hanya siswa-siswa yag ketinggalan pelajaran, alias kurang pintar. Dan sisanya siswa yang mau bersenang-senang, contohnya: yang mau bertemu dengan pacar dan yang mau pacaran. Jadi sama saja: mau merajut kasih. Aku tergolong siswa yang cukup pintar, jadi aku tidak masuk ke kategori yang pertama. Ya, benar sekali, aku ke sekolah mau pacaran.
Aku berjalan naik ke atas, melewati tangga utas–tangga khusus siswa kelas X. Aku naik dengan tanpa beban. Sebab agit–sebutan untuk siswa kelas XII–sudah tidak pernah terlihat lagi. Setelah sampai di lantai tiga, aku menyempatkan diri untuk bercermin sejenak. Aku ingin memastikan bahwa tidak ada cabai yang tersangkut di kawat gigiku dan atau ada sesuatu yang tidak sedap dipandang mata. Maklum, kalau mau bertemu pujaan hati harus menjaga penampilan.
Kelasku terletak cukup jauh dari cermin di depan tangga. Kelasku XG.
“Hai Put! Kamu sedang apa? Di kelas ada siapa saja?” sapaku ramah.
“
Dia berbicara dengan cepat sekali. Seperti
“
“Iya Put, maaf ya, tadi aku termenung melihat kecantikanmu!” rayuku sambil berlalu pergi. “Rina benar sendirian? Ya sudah kalau begitu aku pergi ya. Dadah. Salam buat Monsieur Santosa!” ujarku dengan logat Jawa yang dibuat terlalu kental, sambil diiringi langkah seribu meninggalkan Putri. Apalagi setelah dia sudah memasang kuda-kuda akan melakukan tarian mistik. Maksudnya tarian dari mayestik mungkin.
Langkahku ringan sekali, lebih ringan dari bulu angsa, bahkan dari bulu ketiak. Walaupun aku belum pernah menimbang keduanya. Intinya aku semangat sekali, aku mau bertemu pacarku! Di depan kelas XD aku melihat teman-teman yang masuk ke kategori pertama, yang ingin bersenang-senang. Wajah mereka melambangkan kesombongan. Sepertinya sombong karena menang main judi. Terserahlah, main judi
Kira-kira 15 langkah lagi aku akan sampai di kelas yang dihuni
Otaku mencoba mencocokan objek yang ditangkap mata dengan kumpulan memori yang ruwet. Di otakku yang sangat kompleks, tepatnya di bagian basis data perempuan sedang terjadi sebuah pekerjaan yang tidak terbayangkan.
“Berambut ikal warna hitam, berkulit putih, bermata dua, memiliki hidung dengan dua lubang, dan dia menapak ke di tanah. Itu pacarnya bos. Aku yakin sekali,” lapor Operator Rupa Pencocok kepada Supervisor Operator di Departemen Basis Data Perempuan di otak sebelah kiri. Hebat sekali otakku, penuh dengan pekerja-pekerja unik.
Tapi, perempuan itu dengan tiba-tiba tertawa malu-malu dengan tidak wajar. Pikiran Negatif pun menyusup ke dalam pikiranku yang sudah overload. Aku merasa bahwa pacarku–kalo memang benar dia pacarku–gila.
“Eh Sandro, pacarmu gila tuh. Masak tertawa sendirian sama tembok!” ucap si Pikiran Negatif, kita sebut saja Piti, biar gaul.
“Sandro! Dia itu bukan pacarmu! Pacarmu tidak gila, yang gila itu kamu!” bantah si Supervisor Operator, kita panggil saja Soto, biar lapar. Entah mengapa
“Bos, Anda harus menerima dia apa adanya,” kata si Ucok-si rupa pencocok-dengan bijak sambil
“Gila lo Ndro!” bisik Soto dengan mencekam.
“Gila lo Ndro!” tutur Ucok dengan kasar namun lembut.
“Gila lo Ndro!” seru Piti, Soto, dan Ucok dengan kompak. Kali ini mereka mengucapkannya berulang-ulang dan mirip dengan
“Diam kalian semua!” bentakku dengan lantang menghentikan peperangan batin yang berlangsung alot. Piti, Ucok, dan Soto pun terdiam tersipu dan memilih untuk bermalas-malas di ruang rahasia di samping Departemen Basis Data Perempuan.
Waktu seakan terkaget mendengarnya dan ia pun terbangun dari tidurnya. Kali ini dia sudah segar bugar dan siap untuk bekerja lagi. Aku pun tanpa banyak bicara mendatangi pacar aku–Rina–di pojokan. Di sudut kelas itu menyimpan banyak kenangan.
“Rina, sedang apa? Maaf ya lama,” sapaku dengan penuh perhatian.
“Eh Sandro, kamu sudah datang toh. Tidak apa-apa kok. Aku sedang baca buku,” jawabnya sambil tersenyum hangat. Masih hangat, berarti dia baru saja tertawa dengan panas. Sebuah analisis yang tidak penting.
Aku sedikit lega.
Dulu aku pergi menonton film horor yang cukup menyeramkan dengan dia. Hampir seluruh penonton ketakutan. Ketika sang setan muncul mendadak, seisi bioskop menjerit, kecuali Rina. Entah dia menganggap ini film komedi atau bukan, yang pasti dia tertawa gembira melihat si setan.
“Hahahaha, lucu sekali setan itu,” tawa Rina dengan polos. Menurutku ini aneh, hal ini mengerikan. Lebih mengerikan dari film ngeri, lebih menyeramkan dari film seram, dan juga lebih .. stop, cukup.
“Rina, baca buku apa sih? Sepertinya lucu sekali,” tanyaku dengan penasaran.
“Bukunya memang lucu,” jawabnya sambil menghadapkan bukunya. Buku itu berjudul: ‘Pacaran dengan Anjing’. Benar-benar buku ‘lucu’, dari judulnya sudah terlihat.
“Lucu sekali, soalnya aku merasakan sesuai dengan yang ada di buku ini,” Tambahnya sambil menatap mataku dalam-dalam dan diakhiri dengan tawa kecil.
Sangat lucu. Aku sepertinya mulai mengerti: dia menganggap aku anjing. Sepertinya perempuan ini minta diberikan pelajaran. Mungkin pelajaran ‘Bagaimana menjadi pacar Sandro yang baik dan soleha’.
“Kita jadi pergi
Aku mengangguk pelan dan kami pun pergi ke
Saat itu Rina terlihat cukup cantik dan beraroma wangi. Jujur saja, aroma parfumnya sama dengan kepunyaan mamaku. Rina berkulit putih bersih, bergigi rapi, dan bertubuh proporsional. Menurutku cukup enak dipandang. Wajar saja dia sempat mencuri hatiku. Tapi, itu sudah berlalu. Ah, jahat sekali aku memendam ini darinya.
Tiba-tiba handphone-ku bergetar hebat. Mungkin terdengar berlebihan. Tetapi, getarannya mampu menggetarkan hatiku yang kaku. Agnes mengirimiku sebuah pesan. Agnes adalah seorang pencuri yang sangat cantik. Dia telah mencuri hatiku dengan sangat
Ingin sekali aku menemui sang penjahat kelas kakap, yaitu pencuri dan penculik–Agnes. Aku ingin menembak, lalu menangkap, dan setelah itu aku akan menjebloskannya ke dalam penjara hatiku yang paling ketat penjagaannya. Tapi apa daya, aku tidak bisa. Aku tidak mampu. Aku sudah terborgol. Aku terbelenggu oleh borgol yang aku pasang dengan inisiatif sendiri. Borgol yang terbuat dari janji dan status. Janji untuk mempunyai sebuah hubungan khusus, hubungan yang mengubah status. Status yang anak muda di
Bibir dan lidahku terasa berat ingin membohongi Rina. Aku tidak mau membohongi pacarku sendiri.
Agnes sangat cantik hari itu. Sebenarnya sama seperti hari-hari biasanya. Ya, inilah kehebatan cinta. Cinta mampu membuat
Sangat cepat. Waktu
Setelah beberapa bulan menduakan hati Rina, aku memutuskan berpisah dengan Rina. Tapi, aku tidak mendapatkan Agnes. Aku bisa, tapi aku tidak mau. Agnes yang dulu aku kenal sangat manis, berubah menjadi pahit. Dia terbawa arus dan ikut tercemar oleh arus pergaulan bebas yang penuh polusi. Kisah cinta yang tidak menyenangkan: memutuskan hubungan dan kehilangan dua perempuan.
+ + + + + + +
Kisah cinta itu masih membekas di hati dan pikiran meskipun sudah dua tahun aku lewati. Sebenarnya aku tidak pernah mengingatnya lagi, tapi teman-temanku terus mengorek masa laluku.
Dari awal diskusi, aku selalu mencoba mengalihkan pembicaraan yang berhubungan dengan cinta, apalagi tentang masa lalu. Masa lalu
Dengan ragu-ragu aku bercerita tentang memori cintaku dua tahun lalu. Seputar hubunganku dengan Rina dan disertai oleh Agnes. Keraguanku bercerita lenyap setelah Neysha berkata bahwa bercerita dengan jujur akan membuat hati lega. Dan memang lega sekali rasanya. Raut wajah mereka berubah. Wajah yang dihinggapi oleh perasaan kecewa dan benci. Mereka benar-benar tidak menyangka aku begitu jahat dan tidak berperasaan. Terutama perihal memiliki hubungan
Aku mencoba mengusir perasaan negatif mereka terhadapku dengan sebuah janji: bahwa hal itu tidak akan terulang lagi. Ya, kali ini aku berterus-terang. Aku memang sudah berkomitmen untuk hal yang satu ini.
Sungguh, aku tidak mau main-main lagi dengan masalah cinta. Aku tidak akan sembarangan mengubah statusku dengan sembarangan perempuan, apalagi yang kukenal hanya bagian luarnya saja. Aku serius. Aku belum mempunyai hubungan khusus dengan perempuan manapun hingga saat ini. Aku berpikir bahwa perihal cinta dapat ditunda dan akan datang dengan sendirinya.
Tapi terkadang aku ingin memberontak dan membatalkan janji muluk-muluk itu. Aku butuh pacar. Aku ingin memiliki seseorang yang dapat aku belai rambut
Aku memiliki penyakit maag. Dokter menganjurkan untuk menghindari makanan pedas sebab dapat merusak lambungku. Tapi aku tidak peduli, aku memasukkan cabai pedas ke dalam setiap makanan dan aku pun melumatnya dengan nikmat. Mengapa?
Karena aku menginginkan dan membutuhkan rasa itu dalam setiap suap makanan yang aku kunyah dan telan. Sama seperti ketika suara hatiku menyarankan untuk tidak memasukkan perasaan khusus ke dalam hati. Aku mengacuhkan suara hatiku, aku membutuhkan rasa khusus itu–rasa menyayangi dan disayangi–meskipun perih di hati dapat bertambah akut.
Sempat aku berpikir untuk menjalin hubungan cinta dengan beberapa perempuan. Aku memang dekat dengan beberapa perempuan: Patricia, Nadia, Sophia, dan lainnya. Aku memang mudah akrab dengan perempuan. Tapi keinginanku itu selalu dihancurkan oleh komitmenku yang keras seteguh batu karang. Lelah juga aku terus berpikir tentang perasaan. Lalu, kenapa aku tidak merasakan apa yang aku pikir?
+ + + + + + +
Gigiku ngilu sekali. Kemarin baru saja aku kontrol gigi dan mengganti karet kawat gigiku dengan yang baru. Pagi ini aku dibangunkan oleh rasa ngilu yang amat sangat. Hari ini aku bersemangat sekali. Mungkin semangatku terpacu karena ngilu di gigi dan ditambah perih di hati yang sudah kurasakan dari
Aku bergerak dengan sigap, berpakaian rapi dan wangi. Lalu, aku berangkat ke gereja dengan mengendarai motor 2-tak milik ayah sambil membawa sebuah rencana yang kurasa mampu mengubah situasi hati yang sedang galau. Dan tidak lupa aku mengenakan harapan. Aku pun berangkat dengan sebuah tujuan kecil yang kurasa sangat berarti: mengisi kekosongan hati.
Sesampainya aku di gereja, aku mengirim pesan melalui handphone-ku ke seorang teman. Dan ia pun datang tanpa perlu menunggu lama. Tanpa menunda-nunda, aku menyatakan perasaan cintaku dan kalimat-kalimat itu pun dilengkapi dengan ajakan untuk berpacaran. Aku menembaknya! Aku menembaknya dengan
Setelah momen itu, aku pergi dengannya mengelilingi
Bulan demi bulan aku lalui dengan cinta yang dulu aku sangat dambakan.
Dia memberi tahu itu di rumahnya, saat tidak ada
+ + + + + + +
Apakah ini yang namanya kematian? Aku tidak melihat apapun,
Puji Tuhan aku tidak mati, aku hanya bermimpi buruk. Dan aku rasa itu bukanlah sekedar mimpi buruk, itu adalah sebuah pencerahan. Aku pun berdoa kepada Tuhan. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih atas apa yang telah terjadi. Lalu aku bersiap berangkat ke gereja, tentu saja dengan mengendarai motor 2-tak milik ayahku.
Aku bertemu dengan Nadia di gereja. Mimpiku semalam masih membekas di pikiranku. Setiap aku ingin melupakannya, mimpi itu seperti memeluk lebih erat pikiranku. Semakin jelas teringat. Aku berbincang-bincang sejenak dengan Nadia. Kali ini aku mengikuti kebaktian dengan sangat khusyuk. Aku berdoa dengan sepenuh hati. Aku memohon ampun kepada Tuhan. Aku telah meragukan rancangan-Nya dan berusaha memenuhi keinginan sesaatku yang arogan. Tuhan sungguh baik. Dia mengingatkanku akan akibat yang akan kupikul nanti.
Hari ini sungguh luar biasa. Mimpiku semalam terasa seperti sungguhan. Dan untungnya itu sungguh-sungguh mimpi. Selama ini aku bodoh. Aku mencoba mencari-cari cinta. Aku merasa ada kekosongan dalam diriku. Aku tidak peka. Aku merasa membutuhkan seseorang untuk mencintai dan menyayangiku dan juga untuk aku cintai dan sayangi.
Aku cacat. Aku cacat secara metafora. Aku tidak bisa melihat,
Tidak kosong lagi. Sudah penuh. Kekosonganku sudah terisi penuh. Terisi oleh kasih-Nya, sukacita, dan harapan yang baru. Diriku dipenuhi oleh energi positif, semangat yang luar biasa, keberanian, dan optimisme seorang pemenang. Aku tidak takut atau ragu lagi akan setiap masalah ataupun rintangan yang akan aku hadapi. Lalu bagaimana dengan pacar atau pasangan hidup? Aku sudah tidak lagi kuatir akan hal tersebut. Tidak hanya perkara pasangan, setiap aspek hidupku di masa depan sudah dipersiapkan yang terbaik. Dan aku hanya tinggal menjalani semuanya sesuai perintah-Nya. Kenapa aku menjadi begitu percaya? Sebab: ‘TUHAN membuat segala sesuatunya